Weltanschauung Kemerdekaan Vis a Vis Islam Rahmatan lil Alamin
Oleh: LESBUMI MWC NU Muncar
Kamus besar bahasa indonesia (kbbi) mengartikan kata merdeka sebagai persamaan dari kata 'bebas' (dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya), sedangkan kemerdekaan ialah keadaan (hal) berdiri sendiri dengan kebebasan atau tidak terjajah lagi dan sebagainya. Tentunya, pengertian yang dimaksud oleh kbbi bisa berbeda dengan pengertian-pengertian lain yang mengusahakan untuk mengartikan kata merdeka itu sendiri. Lalu mengapa banyak dari kita memilki pengertian yang berbeda-beda oleh sebab satu kata yang niscaya sama?
Hal demikian dapat terjadi sebab masing-masing dari kita memiliki pandangan dunia yang berbeda-beda atau weltanschauung (;dalam bahasa jerman) kita tidak sama.
Jika diantara kita memiliki penafsiran sendiri terkait makna kemerdekan, itu bukanlah hal yang gawat maupun mengkhawatirkan, sebab, bisa jadi pandangan dunia kita mengenai kemerdekaan itu sendiri memang berbeda.
Pandangan dunia alias weltanschauung adalah orientasi kognitif mendasar seorang individu atau masyarakat dalam mempresepsikan dunia dan sekaligus mengusahakan cara bagaimana berinteraksi dengannya.
Pandangan dunia itu muncul lantaran manusia senantiasa memproduksi pengetahuan, ini juga meniscayakan bahwa manusia adalah makhluk yang dapat berpikir rasional. Kebutuhan manusia akan berpikir itulah yang pada tahap selanjutnya memunculkan nilai-nilai orientatif.
Lantas, nilai-nilai orientatif tersebut manusia gunakan sebagai kendali perilaku dan benteng keyakinan. Misal, jika ada seorang nelayan merasa perlu untuk pergi melaut meskipun gelombang sedang besar, maka bisa jadi ide dasar pandangan dunianya adalah ''apapun yang terjadi, saya harus tetap melaut''. Namun ada juga, seorang nelayan yang memutuskan untuk tidak pergi melaut, sebab ide dasar pandangan dunianya ialah "masih ada hari esok".
Weltanschauung dapat terbentuk dari banyak sebab, mulai dari faktor lingkungan, buku bacaan hingga sebuah mimpi. Ada yang melalui wilayah-wilayah materiel ada yang prosesnya melalui wilayah-wilayah utopis filosofis. Ada yang berbasis moralitas ada yang berbasis scientific. Maka tidak mengherankan setiap dari kita memiliki pandangan dunia yang berbeda-beda berikut cara menafsirkannya.
Maka, jika ada seseorang yang menafsirkan kata merdeka berbeda dengan apa yang kita yakini tidak perlu khawatir. Berarti juga, kita tidak perlu berdebat mati-matian terkait tafsir kemerdekaan. Yang perlu kita olah adalah cara kerja penafsiran weltanschauung kemerdekaan itu dengan realitas baik sebagai individu, maupun dalam masyarakat sosial.
Jika kita mempercayai bahwa manusia itu adalah makhluk sosial; yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, maka sejatinya kita telah mematuhi kontrak-kontrak sosial yang berlangsung di dalamnya. Kontrak sosial itu bisa berarti mekanisme undang-undang, adat-istiadat, sistem-sistem sosial, konsep-konsep masyarakat dan agama.
Agar nilai-nilai kemerdekaan tersebut menjadi aplikatif dan operasional baik untuk individu maupun sosial maka kita perlu meyelaraskan tafsir kemerdekaan itu dengan setiap keaadaan dan dengan setiap kebutuhan.
Sebagai contoh, dulu ketika Indonesia masih dalam cengkraman kolonialisme dan penjajahan maka kemerdekaan ditafsirkan sebagai kebutuhan untuk bebas dari cengkeraman dan penjajahan kolonial. Inilah yang senlanjutnya memunculkan revolusi jihad sebagai tafsir baru kemerdekaan setelah proklamasi agustus 1945 agar sesuai keadaan dan kebutuhan dalam upaya mempertahankan kemerdekaan.
Maka, hari ini jika tafsir kemerdekaan tersebut masih digunakan bisa jadi tidak aplikatif dan operasional. Maka tafsir kemerdekaan yang seperti itu perlu ditafsir ulang, perlu disesuaikan dan dikondisikan. Lantas, untuk hari ini kita perlu merdeka apalagi sebagai bangsa negara? Untuk itulah kita perlu mengenal substansi dari kemerdekaan berikut realitasnya.
Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin tentunya datang dengan misi yang sangat kanonik dan menyeluruh. Ajaran islam menghimpun nilai-nilai dasar berikut kerangka operasionalnya yang di dalamnya berisi keadilan, persamaan dan demokrasi. Yang artinya tersebar luasnya ajaran islam tidak bermaksud merenggut kemerdekaan suatu individu maupun suatu kaum. Sebab terminal operasional ajaran islam adalah muamalah atau bisa disebut gerakan humanisme dan dengan terminal lain yang disebut dengan keTuhanan.
Ini bukan berarti terminal sekali jalan atau mengidentifikasikan mana awal mana akhir atau satu keberangkatan menuju satu tujuan dan selesai. Tentu tidak. Gambaran tersebut adalah satu keniscayaan hidup yang sesuai fitrah. Lalu kapan terminal ini berhenti beroperasi? Tentunya itu bergantung kepada Yang Maha Niscaya.
Maka, bisa jadi substansi konkrit kemerdekaan dapat terkandung dalam rahmatan lil alaminya islam.
Islam sedang memerdekakan manusia, kalau dipakai secara utuh dan penuh ketelitian ajaran islam dapat juga memerdekakan suatu sistem dan negara. Bukan berarti juga mengkultuskan tirani, tentu bukan. Dan islam sangat menolak tirani. Maksud dari memerdekakan sistem ialah agar sistem tersebut dapat terkoneksi dengan segala spektrum, baik yang horizontal maupun vertikal. Sehingga, jika sistem tersebut adalah sistem negara mampu mencapai taraf baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
Rahmat bagi seluruh alam tidak melulu dihitung dengan relasi-relasi baik manusia antar manusia, manusia dengan alam atau manusia dengan penciptanya. Lebih dari itu, yang dimaksud sebagai seluruh alam bisa jadi konsentrasi pikiran, perasaan dan nurani. Maka islam bersifat lentur dalam hal ini. Islam yang penuh kasih sayang.
Berangkat dari hal tersebut, maka sangat konkrit jika kemerdekaan yang sejati sudah tersebut dalam ajaran-ajaran islam. Tinggal umat islamlah yang harus menyuarakan kemerdekaan semacam itu dengan penuh kesadaran, minimal, bahwa inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi robbil alamin.
Tantangan hari ini adalah, bagaimana kemerdekaan itu (yang pendeknya berangkat dari pengamalan personal) mampu menjadi utuh, tidak saling menghancurkan dan terpelihara dalam wilayah sosial?
Maka, jawabanya ialah, jalani islam
dengan penuh kesadaran. Sehingga islam akan menjalari kita.
والله عالم بشواب
27/7/2022
0 Komentar