HARUSKAH KUTUNJUKKAN TUHANKU PADAMU?

 HARUSKAH KUTUNJUKKAN TUHANKU PADAMU?

__________________________
Ilutrasi : A.Najib

___________________________________________

aku bertemu seseorang

sedang mencari-cari sesuatu

"apa yang kau cari," tanyaku

"aku sedang mencari Tuhan," jawabnya dengan sedih

"mencari Tuhan?" aku ternganga

"apa Tuhanmu hilang?" aku bertanya lagi

"aku tak tahu

 kata orang aku punya Tuhan

 tapi aku tak tahu di mana

 tak tahu bagaimana"

"aneh!" gumamku sendiri

kenapa Tuhan harus dicari?

apakah Tuhan seperti barang?

apakah tuhan seperti sepatu

harus tampak

baru aku bisa memakainya di kakiku

untuk berjalan-jalan, berolah-raga?

atau tuhan seperti payung

bisa kukembangkan

dan melindungiku dari panas dan hujan?

atau seperti sebuah ranjang

agar aku bisa berbaring di atasnya?

atau seperti seorang kekasih

agar aku bisa mencumbunya?

atau seperti smart phone

agar aku bisa memencet tombolnya

mengusap layarnya dan keluar gambar dan suara?

apakah Tuhan harus tampak

baru aku bisa menyembahnya

memuja-Nya, menyanjung-Nya, mempercayai-Nya?

wahai....

siapa aku? 

siapa kau?

siapa kalian?

Musa, sang nabi pilihan

akhirnya tetap menyembah Tuhan

walau tak pernah melihat wajah Tuhan

Muhammad, kekasih Tuhan, tetap bersujud

meski telah menjejak langit tertinggi

tak pernah melihat raut wajah Tuhan

kenapa aku yang bukan siapa-siapa

harus meragukan keberadaan Tuhan?

harus mencari tempat sang Maha segala itu tinggal?

haruskah aku bisa menunjukkan

bahwa aku punya Tuhan seperti aku punya mobil?

yang bisa kucuci, kuperbaiki, kupamerkan?

bisa kukendarai, kubawa kau di dalamnya

dan kita melaju bersama di sepanjang jalan tol?

wahai...

jika para nabi istimewa saja tak harus seperti itu

kenapa aku 

yang tak lebih berharga 

dibandingkan dengan sebutir debu

harus melebihi mereka?

Astaghfirullahal'adziim.....


2022

__________________________________

Puisi: Gimien Artekjursi

____________________________

Tanggapan : Taufiq Wr. Hidayat ____________________________________________

puisi ini sangat menarik, renungannya membawa pada pengendapan diri. Sae niki, Pak.. puisi sederhana tapi kalau didiskusikan akan berkepanjangan dlm kerundukan. Setelah membaca puisi ini empat kali, saya ingin tambahkan: "apakah Tuhan itu masa lalu, sehingga kita harus zikir mengingat Tuhan? Apakah Tuhan itu kurang suci, sehingga seluruh makhluk harus bertasbih memujakan kesuciannya?"




0 Komentar