Gelas Retak
__________________________________________
Secarik kertas menyatu dalam kesatuan, menyimpan banyak rahasia yang tak tersampaikan oleh kata-kata, aku di tengah bulan berkabut tertutupi oleh mega yang sengaja menghalangi Dwaraka, tempat penuh kedamaian. Aku titipkan pesan dari merpati yang lama dipenjara, ia tak meminta apapun untuk imbalan, kebebasan itu suatu keinginan yang paling sempurna.
Aku atas nama ku yang tak dapat dikenal oleh dunia, kini aku terbebas dari jeruji yang selama ini menyiksaku tanpa ampun, siapa disana yang menantiku atau mereka telah mati karena lama dengan janji yang pernah diutarakan oleh sang penghianat kepadanya. Kakiku sampai kini masih tampak sama, bahkan lebih ringan dari biasanya, aku dapat melaju secepat kenari, akan banyak daging yang akan aku dapat. Merpati sampaikan pesan ku pada anak dan istriku, aku bebas. “Aja ngalih teka panggonan mu, diluk engkas aku balik” aku sangat rindu dengan kekasih ku yang mungkin telah berkasih dengan orang lain, tak apa, aku akan menikmati hal itu, bahkan mungkin jika dia masih setia aku sangat menghargainya.
Dibalik cahaya malam yang menyembunyikan banyak kenangan, aku pernah berpaling pada sejuta cahaya demi menikmati lilin yang kian padam. “yen tresnaku ra biso gawe kowe seneng, ora apa-apa yen kowe ambi wong liyan, nanging aku bakal tetep setia marang kowe” Kerasnya batu tak akan melukai hati yang keras melebihi intan, dari daun yang jatuh kau tetap megah bersama ranting.
Aku bingung dengan satu hal yang menggangguku setiap malam, ada kesedihan yang tak menyiksa ku, namun ada canda yang membuat ku pedih bila harus mengingatnya, cahaya itu tak redup pun tak membuat sekelilingnya tampak gelap, ia tetap bertahan dengan hal itu. Ucapan-ucapan yang tak pernah terwujud menjadi tulisan terlintas dalam benak hanya sebatas ingatan dan akhirnya berlalu begitu saja. Dari bola pijar yang segera terganti oleh lentera redup menyala namun tak menerangi, aku berada di sebuah halaman luas dengan harapan embun akan bicara indah di hadapan ku. Wahai kau yang berdiri diatas tumpukan harapan, masih berharap apa lagi engkau pada hujan yang membawa petir, tak cukup dengan api yang membakar gubuk reyot mu? Atau kau masih ingin lebih daripada itu?. Itu bukan kata-kata indah melainkan umpatan orang yang kesal dengan tindakan ku.
Aku terjerembab dalam kegalauan, yang sejatinya dapat aku hadapi, namun aku takut terlebih dahulu sebelum tau yang pasti sebenarnya apa. Bila mimpi itu benar nyata setidaknya aku dapat bernafas lega karena dalam mimpi itu sungguh indah, dan aku bertemu banyak pria tampan di taman yang sangat mengundang kepuasan, dan apa yang aku takuti?.
Namun saat aku terbangun ketakutan itu hadir kembali hingga aku mengabaikan orang-orang yang berbicara mendukungmu, bahkan orang yang aku cintai. Betapa ketakutan ini merusak segalanya. Bagaimana ini bisa terus terulang dan aku masih belum siap menerima kenyataan yang tak sesuai dengan bayangan ku. Tidak! Aku tidak mau.
0 Komentar